Archive | Review RSS feed for this section

Being a Kpop Fangirl in Seoul: EXO – Cafe/Restaurant Directory and Review

7 Mar

Cafe

And Fangirling Continues..

Akibat jalan-jalan sendirian di Seoul dan ngga pake rencana sama sekali (PS: ngga bikin itinerary at all), gue mutusin buat go with the flow. Tujuan gue cuma satu: jalan-jalan. Udah tiga hari di Seoul jalan-jalan, ketemu banyak orang, kenalan sana-sini sama traveler lain juga sama orang lokal sampai makan-makan bareng di restoran , akhirnya hari ke-empat di Seoul gue bingung. Seoul is so big dan gue ngga tau harus mulai dari mana lagi. Pas breakfast di guesthouse, mulailah gue scroll layar HP liat-liat daerah Seoul mana yang belum kunjungin sampe akhirnya gue keingetan variety show yang gue tonton tahun kemarin, EXO Showtime. Akibat EXO Showtime ini gue akhirnya searching semua area di Seoul yang jadi tempat syutingnya termasuk café dan restaurant punya keluarga member EXO. Perjalanan napak tilas EXO Showtime gue dimulai dari kantor S.M Entertaiment yang udah gue ceritain sebelumnya.

Nah, lewat post ini, gue mau nunjukin gimana cara ke café, restaurant yang sering dikunjungin fangirl K-Pop terlebih fangirl-nya EXO. Post ini juga jadi post terakhir gue soal fangirling activities di Seoul, hehehe.

Continue reading

Getting Lost In The Lost Planet: “EXO From EXO Planet #1 – The Lost Planet , Jakarta Concert Experience”

8 Sep

BwCNeiUCAAAqLfg

Konser “EXO From EXO Planet #1: The Lost Planet”

Udah lama ngga nulis soal apa-apa di blog gue ini. Nah! Coba sekarang gue ceritain soal pengalaman gue nonton konser grup boiben Korea, EXO. Eiiits!! Gue nge-fans jadi jangan protes. Dan eeitss lagi, gue suka Kpop dari jaman, duh.. ngga tau deh dari kapan saking lamanya (biarpun sempet insap dan vakum juga sih ya).

Gue bukan concert-geek. Gue lebih enjoy duduk di café dengerin live music yang jazzy atau resital piano daripada pergi ke konser, desek-desekan di venue. Biarpun gue dengerin musik Kpop, gue cuma pernah dateng ke konser artis kpop kurang dari 5 konser karena gue  dateng ke konser yang artisnya gue suka banget.  EXO termasuk grup musik yang gue (lagi) suka banget sekarang. Grup besutan SM Entertainment – Korea ini berpersonil sejumlah kesebelasan tim sepak bola. Musiknya mengusung jenis bubblegum pop yang jujur kadang gue ngga ngerti sama genre musik yang dinyanyiin mereka. Nah terus kenapa gue suka? Oh well, mungkin karena tampang mereka yang asik banget diliiat, sifat-sifatnya yang unik kalau di variety show, terus sama satu member yang namanya Kai. Kai itu stage-name dari sosok cowok bernama asli Kim Jong In (김종인). Dia itu visual dari grup ini dan lead dancer. Sifatnya unik dan sangat passionate kalau lagi nari. Seolah-olah emang dia  terlahir buat jadi penari. Oh well, gue bisa ngomong dari A sampe Z soal “Kai” ini dan  karena blog gue ini bukan EXO fanblog, gue ngga ngebahas lebih lanjut kenapa gue suka EXO dan Kai.

Nah!  EXO menggelar rangkaian tur konser, “EXO From EXO Planet #1: The Lost Planet”  dan Jakarta kebagian jatah  tanggal 6 September 2014. Sebenernya, dari awal tahun ini udah ada rumor yang beredar soal EXO konser di Jakarta, tapi ya ngga tahu juga kapan. Lokasi dan waktu konser diumumin sama pihak promotor sebelum lebaran dan penjualan tiket dimulai tanggal 9 Agustus 2014. Gue emang niat nonton konser ini sama temen gue, dan kita sebenernya pesimis banget bakal dapet tiket. Soalnya EXO-L (sebutan buat fans EXO) di Indonesia itu banyak banget!

Buat beli tiket, gue putusin beli di fanbase, EXO UNION INA, soalnya gue males rebutan beli tiket (pengalaman beli tiket mudik) di website. So, fanbase-lah jadi pilihan gue. It was a right decision afterall, soalnya gue ngga susah. Cuma tinggal email,bayar,voucher tiket dikirim deh via email. Ya emang sih, itu voucher harus ditukerin di venue H-1.Soal harga? Harga tiketnya MAHAL. Yes! Tiket konser EXO ini seharga hape android. Kok bisa mahal gitu yah padahal outdoor venue. Hmmmm…mungkin dari sananya udah mahal dan yang mahal itu juga dibeli kok sama fans, so, when you are becoming a top performer, you’ll be getting a very high demand and the company might enjoy the benefit of premium selling rate.

H-1 konser, gue udah ke Senayan sama temen gue buat tuker tiket. Di situ gue ngeliat udah banyak banget fans yang antri. Mulai deh nyali ciut, gimana hari H coba? Bismillah aja deh…gue berdoa dalam hati..hehehehe….

[Review] Novel Jomblo: Jomblo Itu Pedih, Jendral! (by Adhitya Mulya)

26 Jan

BOOK REVIEW: JOMBLO BY ADHITYA MULYA

Image

Penulis : Adhitya Mulya

Penerbit : Gagas Media

Tahun Terbit : 2013 (cetakan ke-20)

Jumlah Halaman : 211 halaman

“Cinta bisa datang, cinta bisa memilih, cinta juga bisa pergi, tapi ada satu yang cinta ga’ bisa lakukan, cinta gak bisa menunggu”

 

Sinopsis:

Empat sahabat dengan masalah mereka dalam mencari cinta.

Yang satu harus memilih – seorang yang baik atau yang cocok. Yang satu harus memilih – antara seorang perempuan atau sahabat. Yang satu harus memilih – lebih baik diam saja selamanya atau menyatakan cinta. Yang satu harus memilih – terus mencoba atau tidak sama sekali.

Jomblo adalah sebuah novel yang menjawab semua pertanyaan itu. Pertanyaan yang kita temukan sehari-hari, baik dalam cerita teman atau cerita kita sendiri.

Review Gue:

Sebentar-sebentar, sebelum nge-review, gue mau ucapin selamat dulu buat Akang Adhitya Mulya karena bukunya udah 20 kali cetak plus udah 10 tahun aja buku Jomblo ini. Udah difilmin, disinetronin..nah! loh! kurang apa coba?!

Buku ini adalah buku pertama Adhitya Mulya yang gue baca pas jaman cetakan awal 10 tahun yang lalu. Waktu itu iseng-iseng ke toko buku dan baca sekilas buku ini, dan ternyata gaya penulisannya gue suka. Untuk ukuran buku 10 tahun yang lalu, gaya penulisan Adhitya Mulya belum ada yang nyamain. Dialog-dialognya lucu dan mengalir terus kata-kata yang digunain itu adalah kata-kata sehari-hari. Buku Jomblo ini juga sukses banget bikin gue mikir sekaligus iri sama pertemanan empat lelaki garing di novel ini,hahahaha!!

Continue reading

Having a Coke With You (a poem by Frank O’Hara)

22 Nov

Having a Coke with You

is even more fun than going to San Sebastian, Irún, Hendaye, Biarritz, Bayonne
or being sick to my stomach on the Travesera de Gracia in Barcelona
partly because in your orange shirt you look like a better happier St. Sebastian
partly because of my love for you, partly because of your love for yoghurt
partly because of the fluorescent orange tulips around the birches
partly because of the secrecy our smiles take on before people and statuary
it is hard to believe when I’m with you that there can be anything as still
as solemn as unpleasantly definitive as statuary when right in front of it
in the warm New York 4 o’clock light we are drifting back and forth
between each other like a tree breathing through its spectacles

and the portrait show seems to have no faces in it at all, just paint
you suddenly wonder why in the world anyone ever did them

I look
at you and I would rather look at you than all the portraits in the world
except possibly for the Polish Rider occasionally and anyway it’s in the Frick
which thank heavens you haven’t gone to yet so we can go together the first time
and the fact that you move so beautifully more or less takes care of Futurism
just as at home I never think of the Nude Descending a Staircase or
at a rehearsal a single drawing of Leonardo or Michelangelo that used to wow me
and what good does all the research of the Impressionists do them
when they never got the right person to stand near the tree when the sun sank
or for that matter Marino Marini when he didn’t pick the rider as carefully
as the horse

it seems they were all cheated of some marvelous experience
which is not going to go wasted on me which is why I am telling you about it

—Frank O’Hara

——————————————

Continue reading

“Tu Y Yo A 3MSC” [You And Me 3 Meters Above The Sky] – Movie Review

12 Aug

Image

Seperti apa rasanya berada di 3 meter di atas langit? Mungkin untuk mencapainya harus naik pesawat atau balon udara? Mungkin juga saya harus bertanya kepada H (baca:Hache) dan Babi,dua tokoh utama film “Tres Metros Sobre El Cielo” [a/n: Tiga Meter Di Atas Langit] seperti apa rasanya.

Baru saja saya selesai nonton film berbahasa Spanyol yang katanya hit banget di tahun 2010, “Tres Metros Sobre El Cielo” [a/n: Tiga Meter Di Atas Langit]. Film ini diangkat dari buku yang berjudul sama karangan Federico Moccia. Film ini ber-genre teenage romance dan sebagai penggemar genre ini, tentu saja saya dengan senang hati menontonnya.

Cerita film ini berpusat di dua tokoh utama, H (baca:Hache) dan Babi. Dua orang remaja yang memiliki karakter  yang sangat bertolak belakang. Babi, seorang gadis remaja berasal dari keluarga kalangan menengah atas di Barcelona, bersekolah di sekolah swasta khusus wanita dan mempunyai ibu yang keras dan H adalah remaja berandal, berasal dari keluarga broken home, pembalap motor liar dan suka bertindak semaunya sendiri. Dua orang yang berasal dari bumi dan langit itu saling membenci satu sama lain pada awalnya, namun akhirnya mereka saling jatuh cinta. Seperti kisah cinta di film teenage romance pada umumnya, perjalanan cinta H dan Babi sangat manis dan berliku mulai dari mereka berkenalan lalu jadian.Sejak berpacaran dengan H, Babi,seorang murid teladan di sekolah mulai melanggar peraturan sekolah dengan membolos dan membuat tato inisial “H”;sesuatu yang tidak pernah mungkin dilakukan seorang Babi sebelumnya. Tetapi, sejak berpacaran dengan H, kehidupan Babi yang membosankan menjadi lebih berwarna. Sedangkan bagi H, Babi adalah orang yang bisa menyentuh hatinya dan perlahan-lahan dia mulai berubah menjadi lebih baik. H menjadi sosok yang lebih lembut dan pengertian.

Seperti tipikal film remaja, alur cerita sangat mudah ditebak. Cowok ganteng rebellious ketemu dengan cewek baik-baik dan jatuh cinta. Sebagai tambahan,faktor sensualitas khas Spanyol sangatlah dominan di film ini. Adegan percintaan disorot dengan vulgar seperti tipikal film Eropa lainnya.

Yang membuat film ini menarik menurut saya adalah karakter dua tokoh utamanya, H (diperankan oleh Mario Casas) dan Babi (diperankan oleh Maria Valverde). Karakter dua tokoh utama ini sangat kompleks dan menarik. Tidak seperti karakter standar teenage romance story pada umumnya, karakter mereka terkesan lebih kuat dan berani. Selain karakter utamanya, dialognya juga bagus. Nampaknya si scriptwriter telah sukses menerjemahkan apa yang ditulis Federico Moccia dibukunya ke dalam skenario film.

Pengambilan angle gambar yang menarik yang seolah-olah membuat gambarnya terlihat glossy dan indah, alur cerita yang cepat dan tidak bertele-tele serta aktor/aktris-nya yang sangat eye candy itu membuat film ini populer di kalangan remaja dan pemerhati film genre ini (seperti saya hehehe…).  Menurut google, di Spanyol dan di negara-negara amerika latin yang berbahasa Spanyol, film ini sangatlah nge-hit dan sukses. Dan tagline film ini “Tu Y Yo A 3MSC” [a/n: Aku Dan Kamu Tiga Meter Di Atas Langit] sangat populer sampai sekarang.

Sayangnya, film ini tidak mungkin di release dalam versi bahasa Inggris/bahasa Indonesia, jadi film ini tidak mungkin diputar di bioskop lokal.So, buat yang mau nonton, layanan streaming youtube bisa jadi pilihan. Tapi sayang, versi subtittle Inggris-nya tidak ada.

Continue reading

Book: “Viatge D’anada i Tornada” By Gerard Piqué

9 Jun

“Aquesta es meva historia i us la vull explicar” – Gerard Piqué

(t/n: ini adalah cerita saya dan saya ingin menceritakannya untuk kalian)

Ada yang tahu siapa Gerard Piqué itu? Bagi yang nge-fans sama klub sepak bola FC Barcelona, pasti tahu banget siapa dia. Gerard Piqué adalah pemain sepak bola asal Spanyol yang bermain di FC Barcelona sebagai pemain bertahan dan dia juga pacar penyanyi latin Colombia yang terkenal banget, Shakira.

Saya bukan pencinta sepak bola, apalagi sampai menyebut diri sebagai fans. Saya juga tidak begitu mengerti tentang sepak bola kecuali satu: “bikin gol”. Lalu kenapa saya baca buku ini? It’s simple! Karena buku ini menarik. Buku ini ditulis oleh Gerard Piqué sendiri dalam bahasa Catalan dan kebetulan saya bisa sedikit berbahasa Catalan. Awalnya, saya hanya iseng mencari buku berbahasa Catalan (untuk tetap melatih bahasa Catalan saya agar tidak hilang) dan judul “Viatge D’anada i Tornada” (t/n: Perjalanan Dua Arah – tentang kepergian dan kepulangan) sebenarnya merupakan ide cerita dari buku Lord Of The Rings berbahasa Catalan, tapi saya malah menemukan buku ini.

Dari berbagai macam artikel mengenai Gerard Piqué di google, saya hanya mendapati penjelasan mengenai dia yang seorang pemain handal dan berbagai macam gosip tentang dia dan Shakira. Hanya sedikit artikel yang menulis tentang dia menulis buku ini. Saya jadi skeptis. Saya langsung beranggapan bahwa buku ini adalah another tool for his popularity.

Continue reading